Event tahunan mahasiswa Ilmu Komunikasi kembali digelar tahun ini. Kali ini oleh mahasiswa kelas A reguler angkatan 2010 yang bernama Communication’s Euphoria 2013 (Comphoria 2013). Sebagai pembuka rangkaian kegiatan, mereka mengadakan bedah film dan diskusi film dokumenter berjudul “Di Balik Frekuensi”. Film yang bercerita tentang konglomerasi media massa di Indonesia ini merupakan film dokumenter karya Ucu Agustin.
Dalam film ini, dikisahkan seorang jurnalis dari stasiun tv Metro TV, Luviana, yang mencari keadilan ditempat dimana ia bekerja. Luviana percaya bahwa jurnalis harus lah independen dan kritis, tanpa harus mengutamakan kepentingan para pemilik modal. Ditambah lagi dengan kisah Hari Suwandi dan Harto Wiyono, dua warga korban lumpur Lapindo, yang berjalan kaki dari Porong – Jakarta guna menuntut keadilan dari Aburizal Bakrie (pemilik PT Lapindo Brantas). Mereka nekat melakukan aksi itu agar Aburizal Bakrie, dapat sesegera mungkin menyelesaikan ganti rugi yang menimpa para korban Lapindo.
Film dokumenter berdurasi 144 menit ini disebut-sebut sebagai film dokumenter terpanjang di Indonesia. Ceritanya pun sangat menggugah perasaan dan membuka pola pikir masyarakat Indonesia agar tidak serta merta menerima informasi yang disajikan oleh media massa tanpa melakukan penyaringan terlebih dahulu.
Tidak hanya melakukan screening film, mahasiswa Ilmu Komunikasi juga melakukan diskusi yang turut mengundang para pembicara dari Ketua Ikatan Jurnalisme Televisi Indonesia (IJTI), Kaltim, Fitriansyah Adisurya, ST, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPID), Wiwi Widaningsih, SH, serta para akademisi Universitas Mulawarman, Rina Juwita, S.IP.,M.HRIR dan Inda Fitryarini, S.sos, M.Si. Diskusi pun berjalan dengan baik, ini terlihat dari banyaknya peserta yang aktif untuk ikut serta dalam sesi tanya jawab. Dari kurang lebih 150 orang peserta yang hadir, terpilih 4 orang penanya yang beruntung mendapatkan hadiah hiburan sebagai kenang-kenangan dari panitia Comphoria 2013.
Acara pemutaran film dan diskusi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang dinamakan Pekan Mayday Bersama DBF, dimana tim dari film Di Balik Frekuensi membutuhkan 100 inisiatif dari berbagai daerah agar film ini diputar diseluruh Indonesia secara serentak dalam rangka memperingati hari buruh. Beruntungnya, Samarinda merupakan kota pertama di Kalimantan yang berinisiatif untuk melakukan pemutaran ini.(Ges)