Riska Andrilla (20 tahun) merupakan mahasiswa Universitas Mulawarman Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2009. Dia adalah salah satu penerima beasiswa IELSP (Indonesian English Language Program) yang ke X ke Colorado-USA, yang disponsori oleh Kedutaan Besar Amerika dan telah membawa 80 mahasiswa terpilih dari seluruh Indonesia ke 4 negara bagianyakni Arizona, Iowa, Kansas, dan Colorado. Riska yang akrab di panggil Icha ini berhasil menyisihkan dari lebih dari 3500 pendaftar beasiswa dan melewati seleksi ketat yang dilakukan dalam dua tahapan; tes administrasi dan interview. Di tahapan tes administrasi tersaring 1000 kandidat untuk maju ke tahap interview yang hanya dilaksanakan satu kali di tiap provinsi. Untuk Kalimantan Timur akhirnya terpilih 3 wakil, dan Icha merupakan satu–satunya perwakilan dari Universitas Mulawarman. Icha mendapatkan beasiswa selama 2 bulan (Agustus-Oktober 2012) untuk belajar di Colorado State University, Universitas Negeri paling terkenal di Colorado.
Icha menceritakan dengan gembiranya bagaimana pertama kali ia sampai di Amerika, karena ini adalah pengalaman pertamanya belajar di luar negeri. Rasa kagumnya dengan suasana yang sangat berbeda dengan Indonesia; suasana yang teratur, bersih, dan rapi. Namun demikian di minggu pertama Icha sempat mengalami “Culture Shock”. Perbedaan waktu 14 jam lebih lambat dari WITA, dan pengaruh Jet Lag membuatnya sering sekali mengantuk di siang hari. Selain itu permasalahan adaptasi dengan lingkungan yang berbeda membuatnya sempat kerepotan. Bahasa Inggris yang harus dihadapi setiap hari, apalagi roommate yang didapatnya di dormitory adalah orang America. Ditambah makanan yang berbeda dimana nasi jarang ditemukan membuatnya “homesick at the first week”.
Namun kata Icha, perlahan-lahan dia mulai menikmati hari – harinya disana bahkan sangat menyenangkan. “I can’t imagine I have so many friends out of my country” tuturnya. Dengan latar kebudayaan yang berbeda Icha saling bertukar informasi dengan mereka dan beraktivitas bersama-sama. Icha juga mulai terbiasa dengan ketepatan waktu yang hampir tidak mungkin dilakukan orang – orang di Indonesia jaman sekarang ini. Hal yang begitu berbekas dibenaknya adalah “jika kamu menggunakan fasilitas umum, ingatlah bahwa yang memakai itu bukan hanya kamu saja, tetapi untuk sesama. Jadi bertanggung jawablah dari dirimu sendiri.”
Icha juga bercerita mengenai metode pelajaran yang berbeda dimana disana mereka menggunakan alat–alat yang canggih, dan juga guru yang punya kompetensi internasional. Itulah yang membuat Bahasa Inggrisnya berkembang, selain juga interaksinya bersama Native. Selain belajar bahasa Inggris disanapun, Icha juga berkesempatan menikmati pidato presiden USA Barrack Obama saat berkunjung ke CSU (Colorado State University), dan tentunya menikmati tempat wisata, serta pertandingan – pertandingan olahraga (American Football dan American Volleyball) yang membuatnya kecanduan. “The most unforgetable moment that I have there is when I can share all of my culture in front of foreigners and they like it so much”, misalnya saat dia bersama teman– temannya mengadakan Indonesian Day di Colorado tepat sebulan dia disana. Sebagai koordinator acara tersebut Ich berusaha memastikan acara tersebut berjalan dengan sukses. Akhirnya, sesuai dengan perjuangan dan latihan yang rutin dilaksanakan, akhirnya acara “Diversity of Indonesian Culture” yang menampilkan tari Saman, Gambyong, Tari Merak, Pencak Silat, Tarian Medley atau Tari Kreasi dan juga Modern Dance tersebut sukses terlaksana. Penonton sangat terhibur dan memuji Indonesia karena merupakan negara yang kaya akan budaya. Bahkan mereka juga memenangkan kompetisi International Art yang diikuti lebih dari 25 negara sebagai the 1st winner dengan tari Saman dari Aceh. Suatu perasaan yang sangat membanggakan menurutnya Icha.
Akhirnya, 2 bulan merupakan masa yang terlalu singkat untuk belajar dan memperkenalkan budaya Indonesia, menurut Icha. Teman-temannya sudah seperti keluarga disana, dimana mereka menghabiskan waktu luang bersama seperi makan malam bersama, atau menghabiskan weekend untuk pergi mendaki Rocky Mountain. Sangat banyak pengalaman dan kenangan yang membekas dihatinya dan memotivasinya untuk selalu belajar dan membuka wawasan tentang dunia luar. “Kita sangatlah kecil jika berada di luar sana. Masih banyak yang perlu dipelajari dan itu membuat saya masih jauh dari pintar. Semakin banyak ilmu yang didapatkan semakin merasa kita bahwa kita masih belum tau apa – apa. So don’t be afraid, try until you achieve your highest dream and never stop to share what you got in your life” kata Icha. (RJ)***