Pelaksanaan Webinar Pelatihan Jurnalistik Lingkungan yang bertema Tantangan Media Massa dalam Menulis Berita Lingkungan Hidup Selama Masa Pandemi Covid – 19 yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 November 2020 berlangsung dari pukul 08.00 sd 14.30 Wita, di moderatori oleh Marga Rahayu, S.I.Kom (Alumni Ilmu Komunikasi Fisi Unmul). Webinar kali ini menghadirkan 2 narasumber yang handal pada bidangnya. Pelatihan Jurnalistik ini di selenggarakan untuk kelas Kerja sama Program Studi Ilmu Komuniaksi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman dengan Polda Kaltim.
Pada sesi pertama materi di sampaikan oleh bapak Ana Nadya Abrar, Ph.D (Dosen Ilmu Komuniaksi FISIP UGM), penulis buku dengan Mengenal Jurnalistik Ligkungan Hidup. Materi yag sangat menarik berjudul “Pengenalan Junalisme Lingkungan Hidup dan Tantangan Berita Lingkungan Media Massa selama masa pandemi Covid – 19”. Pada sesi ke dua materi di sampaikan oleh bapak Andreas Harsono (pendiri Majalah Pantau dan Aktivis HAM), Penulis Buku “Agamaku” saya adalah Jurnalisme.
Ada beberapa inti dari penjelasan materi yang di resume sebagai referensi dalam menambah wawasan tentang jurnalistik lingkungan. Tingginya laju kerusakan lingkungan tidak diikuti dengan pemberitaan lingkungan hidup. Padahal media massa berfungsi dan berperan dalam menulis berita mengenai isu-isu lingkungan. Media massa adalah bagian penting dalam pembentukan opini masyarakat sehingga sangat berpengaruh besar bagi khalayak dalam penyebaran informasi. Di Provinsi kalimantan Timur sejak kehadiran pers lokal, isu-isu dan persoalan lingkungan pun tak luput dari perhatian media massa di kaltim. Namun sayangnya pemberitaan masih minim, karakteristik pemberitaan yang disajikan pun belum intens memberitakan kerusakan lingkungan yang parah. Padahal di Indonesia khususnya Kalimantan Timur, kerusakan tanah, udara maupun air sudah sangat tinggi. Kalimanta Timur dahulunya dikena sebagai paru-paru dunia tetapi saat ini hutan-hutannya sudah banyak yang gundul dieksploitasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Tambang batu bara hadir di setiap sudut kota sampai desa hinga menggusur permukiman penduduk dan lahan persawahan. Akibatnya, banjir lumpur seringkali menerjang kota samarinda dan tidak sedikit lubang hasil galian tambang batubara menelan korban jiwa.
Berita lingkungan hidup seting tidak dapat dibedakan dari berita-berita masalah sosial seperti kesehatan, kemiskinan bahkan kriminalitas. Masalah dampak lingkungan hampir selalu berkaitan dengan persoalan lain yang kompleks. Patokan yang fleksibel diperlukan melalui interaksi antarkomponen lingkungan. Dalam interaksi antarkomponen lingkunagn berupa hayati dan non hayati. Wartawan harus “memihak” kepada proses-proses yang meminimalkan dampak negatif kerusakan lingkungan hidup. Oleh sebab itu, wartawan lingkungan perlu menumbuhkan sikap yang pertama adalah pro keberlanjutan pertama berita lingkungan hidup harus mampu mendukung kehidupn berkelanjutan, kondisi lingkungan hidup yang dapat mendukung kehidupan berkelanjutan. Kondisi lingkungan hidup yang dapat dinikmati oleh generasi sekarang tanpa mengurangi kesempatan generasi mendatang. Kedua adalah biosentris yakni kesetaraan spesies yang mengakui bahwa setiap spesies memiliki hak terhadap ruang hidup, sehingga perubahan lingkungan hidup (pembangunan) harus memperhatikan dan mempertimbangkan keunikan setiap spesies dan sistem-sistem di dalamnya. Ketiga adalah pro keadilan lingkungan yakni berita harus berpihak pada kaum yang lemah, agar mendapatkan akses serta terhadap lingkungan yang bersih, sehat dan dapat terhindar dari dampak negatif kerusakan lingkungan. Terakhir adalah profesional yakni memahami isu-isu lingkungan hidup. Menjalankan kaidah-kaidah jurnalisik, meghormati etika profesi dan menaati hukum.
Saat ini dunia sedang menghadapi situasi pandemi virus corona baru atau covid-19. Kondisi ini sebagai pengingat bahwa kesehatan manusia berhubungan dengan kondisi alam. Meskipun pandemi covid-19, seharusnya pemberitaan tetap disiarkan di media massa, sebab pencemaran air, kerusakan ekosistem dan kerusakan lingkungan hidup lainnya masih terus terjadi. Bertepatan pula dengan hari lingkungan hidup, tahun ini dunia dilanda musibah pandemi Coronavirus Disease (Covid19), menteri lingkungan hidup dan kehutanan, Siti Nurbaya mengatakan timbulnya bencana pandemi Covid 19 ini menunjukkan bahwa bila manusia merusak keragaman hayati, sama artinya dengan merusak sistem pendukug kehidupan manusia. Pandemi covid 19 memberikan pelajaran berharga bagi manusia untuk menjaga keseimbangan alam.
Media massa yang mempunyai fungsi untuk menginformasikan, edukasi dan sebagai mediator terhadap masalah lingkungan diharapkan mampu menjalankan ketiga fungsi media tersebut. Ketika memberikan isu-isu lingkungan wartawan menyampaikan isu lingkungan harus sesuai dengan ketiga fungsi media, sehingga masyarakat dapat mengerti dengan isi inforamasi dan pendidikan lingkungan yang ditulis oleh wartawan lingkungan. Dengan pelatihan jurnalistik ini wartawan dapat memiliki kesadaran penuh untuk tetap memberitakan informasi lingkungan hidup di tengah pandemi ini.